Sedih dan Menginspirasi
Cerita Singkat Perjalanan Efitra, S.Kom., M.Kom
Nama Efitra, Saya dilahirkan di sebuah Desa bernama Biaro Baru 26 desember 1991
tepatnya di Kabupaten Musi Rawas Sumetera Selatan anak ke-4 dari 7 bersaudara.
Nama ibu saya Laitipa dan Bapak Suandi Arsi. Kedua orang tua saya tidaklah
orang yang berpididkan tinggi. Bapak hanya tamat SD dan Ibu hanya sampai kelas
2 SD.
(Kampung halaman Efitra)
Untuk menghidupi kami, kedua orang tua hanyalah bekerja mengambil upah
dari menyadap karet milik orang lain. Kehidupan waktu itu sulit dibayangkan
betapa memprihatinkan keluarga kami untuk makan hari-hari saja susah apa lagi
untuk sekolah. Sebelum sekolah saya seperti anak-anak pada umumnya,
tetapi ketika itu saya telah bekerja membantu kedua orang tua.
Memasuki Sekolah dasar awal perjalanan hidup yang sebenarnya. Pada masa
sekolah dasar di SDN Desa Biaro baru sempat terputus hanya sampai kelas 3 SD.
Karena dalam perjalanan bapak terkena musibah patah tangan diserang harimau di
tengah hutan. Musibah yang menimpah tersebut mengakibatkan saya dan
saudara-saudara putus sekolah karena tidak mampu bekerja untuk membiayai
sekolah kami.
Akhirnya saya dan saudara menganggur selama 1 tahun tidak bersekolah, kami
semua harus bekerja membantu ibu untuk makan hari-hari menjelang kesembuhan
bapak. Setelah 1 tahun saya dan saudara menggangur tidak bisa bersekolah. Dari
hasil bekerja selama mengggur tersebut akhirnya bisa menyambung sekolah kembali
di SD di Tran Desa Mekarsari kecamatan Megang Sakti.
(Kota Jambi 2005, tujuan Efitra merantau bersama saudaranya)
Di sekolah dasar Mekarsari ini saya menyelesaikan pendidikan dasar, dan akhirnya bisa
melanjutkan ke jenjang SMP. Ketika itu untuk melanjutkan ke SMP bapak punya tekat
yang kuat untuk menyekolahkan kami ke kota. Kota yang dituju adalah Kota Jambi
tepat pada tahun 2005. Dengan uang seadanya kedua saaudara yang lainya merantau
ke kota jambi untuk melanjutakan sekolah.
Setelah berjalan 1 tahun sekolah SMP di Jambi semuanya terasa sulit untuk biaya
sekolah dan biaya kontrakan, orang tua tidak rutin lagi untuk mengirimkan
uang ke kami. Pada waktu itu orang tua tetap bekerja di kampung. Biaya yang
dikirimkan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah dan
kontrakan.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu, beberapa
kali sempat ditolak bekerja di pasar jadi penjaga toko, tukang cuci piring di rumah
makan sampai melamar di sebuah hotel untuk menjadi cleaning service. Sedih
rasanya waktu itu. Mereka tidak menerima dengan alasan masih anak dibawah umur belum bisa di pekerjakan.
(Teringat masa perjuangan saat menjadi pencuci motor)
Terus berjuang mencari kerja untuk biaya sekolah, akhirnya diterima
menjadi tukang cuci motor paruh waktu. Betapa bahagianya hidup ketika itu
walapun bekerja sebagai pencuci motor yang penting bisa sekolah. Singkat cerita
hampir 2 tahun menekuni pekerjaan ini mendapat upah harian 5000 sd 10.000 per harinya.
Dari hasil bekerja 2 tahun sebagai pencuci motor alhamdulilah bisa
melanjutkan sekolah kejenjang SMK. Ketika SMK kondisi ekonomi orang tua masih
sama serba sulit ketika itu. Mengaharuskan saya tetap bekerja paruh waktu. Maka
sayapun mencari pekerjaan. Kali ini pekerjaan yang ingin saya lamar menjadi
tukang cukur rambut.
(Efitra menjalani profesinya sebagai tukang cukur rambut)
Bermodal keberanian dan tekat yang kuat saya pun diterima di sebuah pangkas
rambut untuk bekerja paruh waktu pulang sekolah hingga larut malam. Perjalanan
panjang disini sekolah sambil kerja hari-hari begitu selama kurang lebih 5
tahun. setelah menamatkan pendidikan menengah kejuruan saya meneruskan ke jenjang perguruan tinggi Alhamdulliah biaya kuliah sendiri bisa terpenuhi
terkadang sudah bisa mengirimkan uang walupun sedikit ke orang tua.
(Efitra
kuliah mengambil jurusan Sistem Informasi)
Saya kuliah mengambil jurusan sistem informasi, selama 4
semeter berjalan dengan baik prestasipun alhamdulilah sangat baik IPK 4.0.
Kesibukan di kampus setalah 4 semeter semakin bertambah akhirnya saya
memutuskan untuk tidak menjadi tukang cukur lagi. Akhirnya untuk memenuhi biaya
kuliah saya berbisnis dikampus kecil-kecilan mulai dari jualan plasdisk, mouse
dan alat teknologi lainnya dan terkadang menjadi salah satu asisten dosen.
(Momen
saat menjadi Asisten Dosen)
Wisuda Serjana pun tiba diikuti kurang lebih 400 wisudawan/i, berlinang air
mata sedih, haru dan bahagia ketika tali toga dipindahkan, dan setelah pemindahan
tali toga tersebut lalu tiba-tiba kedua orang tua yang selama ini di kampung di
panggil beridiri kedepan dihadapan seluruh manusia yang hadir waktu itu, air
mata pun bercucuran sedih dan bahagia mengingat perjuangan dulu. Dan pada
akhirnya di umumkan setelah orang tua maju kedapan. Alhamdulillah , Allahuakbar
saya menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,94. Semua ini berkat do’a dan
perjuangan mereka. Saya persembahkan penghargaan ini untuk nya.
(Momen saat wisuda S1 & menjadi wisudawan terbaik )
Pascaserjana menanti didepan mata benakku, menunggu beasiswa untuk
mahasiswa terbaik biasanya. Tapi nasib kali ini kurang beruntung. Mahasiwa
terbaik kali ini tidak ada beasiswa untuk melanjutkan S2. Dan pada akhirnya
lagi-lagi karena biaya S2 tertunda.
(Efitra menjalankan bisnis jual beli alat komputer)
Selama 1 tahun sebelum S2 saya menekuni usaha membuka toko komputer untuk
modal kuliah mandiri tahun depan. Dan alhamdulilah S2 bisa dimulai. Lebih
kurang 2 tahun dengan perjuangan yang panjang sekuat tenaga saya usahakan harus
selesai. Perjuangan kali ini ternyata yang lebih berat karana biaya sangat
mahal dan di luar kota, harus bulak balik. Disamping harus kuliah usahapun
harus jalan. Dan tiba lah waktu dinanti-nantikan memindahkan toga yang ke-2.
(Momen Wisuda S2 bersama Istri dan orang tua)
Setelah menyelesaikan S2, alhamdulliah langsung mengajar di salah satu
kampus swasta, disini mulai merintis pengalaman untuk menjadi seorang dosen,
berjalan 1 semester mengajar pemerintah membuka lowongan dosen CPNS. Akhirny
daftar.
(Saat mengajar di salah satu kampus swasta kota jambi)
Perjalanan yang sangat panjang mengikuti seleksi CPNS tersebut dan
alhamdulillah dinyatakan lulus. Dan akhirnya di lantikan menjadi CPNS. 1 tahun
berjalan tempat pada tanggal 20 April 2020 Haru, Sedih
bercampur bahagia mementum pelantikan PNS online. Sejak diumumkan dan
dinyatakan lulus CPNS 2019 lalu. saya telah menjalankan tugas selama 1 tahun
sebagai salah satu Dosen CPNS.
(momen saat menjadi tenaga pengajar/Dosen)
Pada hari ini tibalah mementum yang ditunggu –tunggu untuk di lantik
menjadi Dosen PNS. Rasa haru, sedih dan bercampur bahagiapun datang dan rasa
syukur mendalam saya panjakan kepala Allah SWT.
(momen saat Pelantikan ASN secara Online)
Memntum pelantikan ini berbeda karena secara online tidak seperti
tahun-tahun sebelumnya dikarenakan Covid 19. Walapun begitu alhamdulillah
pelantikan ini berjalan dengan lancar.
Tiba saat nya bersumpah...,
“Demi ALLah, saya bersumpah
Bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan setia dan
taat sepenunya kepada pancasila, dan seterusnya....”.
Momentum mengakat sumpah inilah sambil berdiri berlinanglah air mata
bercampur sedih, haru dan bahagia menginggat kedua orang tua yang selama ini bekerja
sebagai kuli berjuang mati-matian demi tercapainya impian seorang anaknya.
Ketika Bersumpah...,
Inginku katakan, Mak/Bak..., sekarang impian anakmu sudah tercapai berkat
kerja, do’a dan perjuanganmu selama ini yang tidak kenal lelah bekerja,
berjuang siang dan malam membanting tulang, keringat yang kering dibadan bahkan
nyawamu terancam beberapi kali teracam di tengah hutan ketika bekerja waktu itu.
Mohon Maaf jika ini terlambat di usiamu sudah menua.Terimakasih mendalam.
Ketika Bersumpah...,
Doa orang tua yang menjadi kunci kesuksesan seorang anak, bukan karena
harta, pendidikan, jabatan atau yang lainya. Ingin saya ceritakan kalaulah
kesuksesan anak itu di ukur dari harta, pendidikan, jabatan atau yang lain yang
dimiliki orang tua tentu saya tidak akan sampai disini. Kedua orang hanya
sekolah SD itupun ibunya batas kelas 2SD, mereka petani yang bekerja bagi hasil
bukan punya sendiri, ekonomi sangat memperihatin pada saat itu. Hidup serba
susah, saudara bayak 8 bersaudara. Jangankan mau bayar biaya sekeloh untuk
makan hari-hari pun susah. Begitulah Allah mentakdirkan bagi hamba-hamba yang
di kehendakinya untuk di uji. Tapi saya yakin dan percaya semuanya akan
berubah. Karena Allah telah menjanjikan dalam Al-quran.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra'd:11)
Dari ayat ini lah saya punya keyakinan untuk memutar balikkan otak berusaha
sekuat tenaga untuk merobah nasib menjadi lebih baik.
(Poto bersama beberapa Pejabat dan Rekan di UIN STS Jambi)
Ketika Bersumpah...,
teringat masa-masa perjuangan silam, penjuangan ketika mula berjuang di
negeri jambi, awal merantau ke jambi tahun 2005 dari sebuah desa dengan membawa
sekerdus pakaian, sedikit uang untuk tempat tinggal dan pendaftaran biaya
sekolah.
Ketika Bersumpah...,
Teringat masa-masa sekolah SMP, SMA ketika itu harus berjuang bekerja
pulang sekolah untuk kerja paruh waktu demi membiayai sekolah sendiri dan
kebutuhan sehari-hari.
Ketika Bersumpah....,
Teringat keringat dan kotoran membasahi badan, bekerja sebagai seorang
pencuci motor, pekaian kusam, kaki berdarah-darah dan terkadang dimarahin
pelanggan dan atasan.
Ketika Bersumpah....,
Teringat siang dan malam sepulang sekolah untuk bertahan hidup menjadi
pencukur rambut.
Ketika Bersumpah...,
Teringat masa-masa kuliah ketika itu juga harus berjuang, sering kali uang
kuliah terlambat. Dan relah pinjam sana pinjam sini, jualan sana jualan sini.
Ketika Bersumpah...,
Teringat juga saudara-saudara kandung yang telah banyak berkorban
bersama-sama berjuang untuk merobah kehidupan ini. Terimakasih.
Ketika Bersumpah...,
Teringat juga para Guru-guru yang telah memberi ilmu sehingga bisa
mengikrarkan sumpah ini. Guru Ngaji, Guru SD, Guru SMP, Guru SMK, Dosen S1 dan
S2. Terimakasih
Ketika Bersumpah...,
(Poto bersama teman seperjuangan saat S2)
Teringat dengan sahabat-sababat seperjuangan dulu yang telah membantu dalam
perjuangan ini. Terimakasih.
Dan terakhir
(Bersama Istri tercinta)
Ketika Bersumpah...,
Teringat masa-masa perjuangan besama istri tercinta saat genting-genting
ekonomi pasca menikah dan melanjutkan kuliah pasca separuh jalan lagi.
Alhamdulliah selesai juga. Terimakasih.
“Sukses milik semua orang, asalkan ingin berusaha, jangan jadikan alasan
keterbatasan, hidup butuh perjuangan, nikmati penderitaan semantara sampai
titik darah pengabisan”.
““Man Jadda Wajada”
“Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil”
Mohon
do’anya semoga apa yang diamanahkan Allah SWT ini, bisa saya jalankan dengan
baik. Terimkasih. Salam hangat untuk semuanya.
Ditulis oleh: Efitra, S.Kom., M.Kom ( Dosen PNS di UIN STS Jambi)
3 Komentar
pda waktu itu iaa mndpat IPK tertinggi saat wisuda
BalasHapusSaluut... Bener2 kyak cerita film...
BalasHapusMantap om fitra...
BalasHapus